Pengembangan Daun Indigofera cordifolia Menjadi Pelet Sebagai Alternatif Pakan Kambing(bag 2)

Pada postingan saya yang terdahulu, telah saya uraikan tentang karakteristik  dan kandungan nutrisi dari daun indigofera yang dibuat menjadi pelet untuk pakan kambing.

Hanya saja dari rangkaian panjang proses penelitian, postingan yang pertama saya menitik beratkan pada hasilnya saja. Yaitu proses singkat pembuatan pellet dan nutrisi dari pellet itu sendiri.

Tujuan dari penelitian ini sendiri dituliskan bahwa

– ingin membantu para peternak (kambing, sapi dll) dalam menyediakan pakan hijaun yang murah dan berkualitas.

– menghasilkan produk daun indigofera berupa tepung dan pellet sebagai bahan baku konsentrat.

Berarti pengolahan akhir daun indigofera tidak harus dalam bentuk pellet, kalau tidak punya alat pencetak pellet bisa dalam bentuk tepung daun indigofera.

– memberikan peluang usaha baru dalam penyediaan pakan kambing, sapi dan lain-lain yang bisa tersedia terus menerus, murah dan bergizi.

Terus terang saja, metode penelitian atau dalam istilah saya sendiri, cara menanam dan bagaimana merawat tanaman indigofera ini cukup rumit.

Kalau saya sebagai orang awam harus meniru secara plek mungkin susah ya…

Tapi tidak apa-apa saya akan coba uraikan metode penelitiannya apa adanya, siapa tahu ada celah yang bisa dilakukan oleh peternak awam seperti saya…hehehe

Ok langsung saja, lokasi penelitian dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Peternakan IPB (saya belum pernah lihat sendiri lahannya, sepertinya kalau di Bogor itu adem ya…).

Waktu penelitian pada Agustus 2009 – Okt 2010.

Benih Indigoferanya  (Balai Pengembangan Teknologi Pertanian Sumut : PLS 88%)

Persemaian selama 40 hari. 2400 tanaman digunakan percobaan lapangan, jarak tanam 1.5 m x 1 m
Petak (90 m2/plot) dan

Pupuk dasar saat pengolahan : pupuk organik  5 ton/ha,  P dan K

Pupuk Daun : 

N (NH4NO3),
P (H2PO4),
Mg  (MgSO4.7H2O),
K (K2SO4),
Ca (CaCl2),
Fe (FeSO4),
Zn (ZnSO4.7H2O),
Cu (CuSO4.5H2O),
Mo ((NH4)6Mo7O24.4H2O),
B (H3BO3) dan
hormon tumbuh
Urin  sapi 25% (hasil penelitian  2009)

Kandungan nutrien pupuk daun :

20-22% N (N total),
15-17% P (P2O5),
15-17% K,
1,5% Mg,
Ca 1%,
1% Fe,
1,42% Zn ,
0,53% Cu,
0,88% Mo,
B 0,53%
hormon pertumbuhan 0,025% asam asetat indol (IAA) dan asam giberelic (GA)

Untuk pupuk daunnya, sudah ada produknya. Produknya dari IPB juga sepertinya. Untuk informasi produk pupuk cairnya bisa dicari informasinya sendiri ya…

Mohon maaf karena penyajian metodenya terlalu ilmiah.

Kalau pemahaman  saya dari metodenya seperti ini.

Cara Penanaman Indigofera

Sebelum kita tanam bibit indigofera, kita semai dulu selama 41 hari.

Selama pembibitan bisa menyiapkan lahan untuk penanaman bibit indigoferanya.

Jarak tanam sebesar 1,5 meter x 1 meter.

Pemupukan ada dua, pupuk dasar saat pengolahan lahan dan pupuk daun (semprot).

Pupuk dasarnya adalah pupuk kandang sebanyak 5 ton/hektar, P dan K.

Pupuk daunnya seperti yang telah tertulis di atas. Pupuk daun yang disemprot ini mungkin bukan obat semprot untuk hama ya…

Bisa jadi memang berfungsi mencegah hama selain itu bisa mengefektifkan produktifitas daun indigofera.

Panen daun indigoferanya dengan cara dipangkas.

Pemangkasan daun indigofera dilakukan selama setiap 60 hari yaitu 60 hari setelah bibit ditanam, 60 hari setelah pemangkasan pertama, 60 hari setelah pemangkasan ke dua dan seterusnya.

Dengan demikian periode panennya adalah setiap 60 hari sekali.

Penyemprotan pupuk daun sebanyak 4 kali dalam setiap peride panen yaitu pada hari ke-30, 34, 38 dan 42.

Agak muter-muter ya, tapi maksudnya seperti berikut.

Semenjak bibit di tanam, pupuk daun disemprotkan pada hari ke 30, 34, 38 dan 42.

Setelah itu dilakukan panen pertama pada hari ke 60.

Dari panen pertama tadi, penyemprotan daun dilakukan kembali setelah hari ke 30, 34, 38 dan 42 terhitung dari panen atau pemangkasan pertama daun indigofera.

Setelah itu panen ke dua.

Penyemprotan daun dilakukan kembali setelah hari ke 30, 34, 38 dan 42 terhitung dari panen atau pemangkasan ke dua daun indigofera.

Begitu seterusnya.

Karena ini penelitian ada baiknya saya sampaikan bahwa penanaman indigofera ini dibuat dengan dipetak-petak.

Beberapa petak tidak disemprot dengan pupuk daun.

Hasil dari petak yang tidak disemprot ini digunakan sebagai tolok ukur atau perbandingan dari petak-petak yang disemprot dengan pupuk daun. Petak-petak yang lain disemprot dengan pupuk daun.

Penyemprotannya pun juga dibeda-bedakan.

Konsentrasi pupuk daunnya antara lain 10 g/10L, 20 g/10L, 30 g/10L, 40 g/10L dan 50 g/10L.

Masing-masing nanti diambil datanya, dibandingkan mana hasil yang paling bagus dan produksinya paling banyak.

Sekarang adalah hasil dari penyemprotannya tadi sebagai berikut:

Gambar di atas, adalah grafik hubungan antara konsentrasi pupuk daun dan hasil jumlah hijauan daun indigofera dalam berat kering.

Konsentrasi pupuk daunnya mulai dari 0 alias tidak disemprot, 10 g/10 L, 20 g/10 L, 30 g/10L, 40 g/10L dan 50 g/10 L.

Hasil daunnya Bervariasi bisa dilihat sendiri.

Daun Indigofera tidak disemprot

Untuk daun Indigofera yang tidak disemprot, jumlah hijaun yang diperoleh adalah sebanyak 4 ton BK per hektar saat panen pertama.

Panen kedua, daun indigofera kering diperoleh sebanyak 6 ton perhektar dan panen yang ketiga jumlah daun indigofera kering yang diperoleh sebanyak 9 ton.

Hasil panen daun indigofera meningkat pada panen ke dua dan ketiga.

Masuk akal karena setelah cabang suatu tanaman di pangkas, maka akan menghasilkan cabang-cabang baru yang jumlahnya biasanya lebih banyak dari cabang yang dipangkas.

Jadi jumlah daun indigofera yang dihasilkan juga pasti lebih banyak.

Daun Indigofera di semprot Pupuk Daun

Daun indigofera yang disemprot dengan pupuk daun, baik yang jumlah pupuk daun indigoferanya 10 g/10L, 20 g/10L, 30 g/10L, 40 g/10L dan 50 g/10L hasil panen daun indigoferanya meningkat.

Jumlahnya bisa dilihat pada tabel di atas. Menariknya jumlah panenan daun indigofera terbanyak diperoleh dari jumlah pupuk 20 g/10L yaitu sebanyak 12 ton BK per hektar.

Jumlah pupuk yang banyak kemungkinan membuat daun menjadi terlalu subur. Daun yang subur biasanya ukuran daunnya lebih lebar dari yang lainnya.

Karena lebih lebar, maka  daun akan menutupi atau menaungi daun-daun yang dibawahnya. Daun-daun yang ternaungi , tidak mendapat sinar matahari yang maksimal, karena tertutupi daun yang diatasnya.

Akhirnya fotosintesis daun-daun tersebut kurang maksimal. Ini analisa saya, bisa benar bisa salah, hehe….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *